This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Selasa, 02 April 2013

Lyric dan Chord Lagu


Inikah Cinta - Me

[intro] A C#m Bm E 3x

                
A
saat kujumpa dirinya di suatu suasana
           Bm          
E
terasa getaran dalam dada
               
A
kucoba mendekatinya kutatap dirinya
           Bm         
E
oh dia sungguh mempesona

                  
D               C#m
ingin daku menyapanya menyapa dirinya
              Bm         
E
bercanda tawa dengan dirinya
                   
D             C#m
namun apa yang kurasa aku tak kuasa
            Bm              
E
aku tak tau harus berkata apa


[reff]
               
A
inikah namanya cinta inikah cinta
           
D          Bm 
cinta pada jumpa pertama
       
E          A
inikah rasanya cinta inikah cinta
            
D          Bm
terasa bahagia saat jumpa
  
E
dengan dirinya

[int] 
A A Bm E

                  
A
kujumpa dia berikutnya suasana berbeda
         Bm        
E
getaran itu masih ada
               
A
aku dekati dirinya kutatap wajahnya
         Bm         
E
oh dia tetap mempesona

A...

D         C#m       Bm                E
rindu terasa dikala diri ini ingin jumpa
D                 C#m
ingin s`lalu bersama, 
        Bm                
E
bersama dalam segala suasana

Apakah Perjuangan Cinta Harus Sesakit Ini?


Apakah Perjuangan Cinta Harus Sesakit Ini?

Hari itu, seperti biasa Angga menunggu didepan gerbang rumahku. Kami memang selalu berangkat sekolah bersama. Oh ya, aku hampir saja lupa. Namaku Eca. Angga adalah sahabatku sejak kami SMP. Awalnya kami bertemu secara tidak sengaja. Kemudian kami dekat, lebih dekat, dan semakin dekat. Hingga kini kami masih bersahabat, meski kami telah berada di bangku SMA.
Awalnya, aku tak pernah memikirkan dia. Ketika mata kami saling bertemu tak ada rasa sedikitpun yang hinggap dihatiku. Angga berjalan didepanku seperti biasa, tanpa ada rasa dan keinginan untuk menahannya disampingku. Aku bertemu dengannya, tanpa ada keinginan untuk terus melihat senyumannya. Tapi, tiba-tiba perasaan itu diam-diam menyergapku dalam asa baru. Perasaan itu datang dengan polosnya, tanpa banyak tanda tanya dan alasan yang harus dilogiskan. Perasaan itu menyentuh setiap tatapan mata yang selalu mengarah kepadanya.
Tiba-tiba aku jadi ingat sebuah pepatah yang mengatakan, “Witing tresno jalaran seko kulino” datangnya cinta karena terbiasa. Karena aku dan kamu terbiasa jalan bersama, karena aku terbiasa memandangmu dari jarak dekat, karena aku terbiasa mendengar suara lugumu, karena aku terbiasa bercanda gurau denganmu, karena kau terbiasa untuk selalu ada disampingku ketika aku membutuhkanmu, karena banyak hal. Tak mungkin dapat aku jelaskan satu-persatu disini. Diam-diam cinta itu merasuk masuk dengan indahnya. Berdesak-desakan dengan perasaan malu saat kau tersenyum karena aku, kepadaku, dan hanya untukku. Yang aku tahu, ini cinta!
Tapi aku berusaha untuk tetap memendam rasa ini dan memilih untuk tak membiarkan seorangpun tahu mengenai perasaanku kepada Angga. Aku tak ingin merusak indahnya persahabatan yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya. Terlebih setelah aku tahu bahwa Angga tidak menyukai wanita sepertiku. Lebih baik aku pendam perasaan ini, dan membiarkannya tumbuh menjalar dihatiku. Lagipula, aku lebih menyukai suasana seperti ini. Aku tetap bisa dekat dengannya, tetap bisa sesuka hati menikmati senyum indahnya, tetap bisa berdiri disampingnya, dan tetap bisa memeluknya dengan bebas tanpa ada rasa yang menghalangi.
Namun, semua terasa  berubah ketika sosok yang selama ini aku benci kehadirannya datang. Ya. Wanita yang Angga cintai. Semenjak dia datang, seketika perhatian Angga yang biasanya full untukku, kini menjadi terbagi dua dengan wanita itu. Tatapan mata Angga, senyuman Angga, tingkah laku Angga, seketika berubah drastis ketika wanita itu muncul dihadapannya. Aku merasa dinomor dua-kan oleh Angga. Namun apalah dayaku, inilah resiko yang harus aku terima. Aku sudah berani mencintai sahabatku sendiri.
Aku tak tahu, apakah perasaan ini memang benar cinta, atau hanya  perasaan biasa saja. Tapi aku tak pernah bisa menahan air mataku ketika Angga bercerita tentang wanita itu kepadaku. Sebenarnya aku tak ingin mendengar ceritanya yang tak penting itu, tapi karena orang yang berceritanya adalah orang yang sangat penting dalam hidupku, mau tidak mau aku harus tetap dapat mendengarkan ceritanya, walaupun pisau belati seakan mengiris-iris tipis hatiku. Walapun rasanya seperti luka hati yang telah membusuk dan diberi setabur garam. Perih memang. Sangat perih. Tapi ini kulakukan semata-mata hanya ingin selalu dekat dengannya. Aku ingin menjadi orang yang selalu Angga ingat ketika dia senang ataupun sedih. Dengan atau tanpaku disampingnya.
Namun suatu ketika, hal yang tak pernah kubayangkan terjadi dalam hidupku. Angga membenciku, karena wanita itu. Aku tak sengaja membuat dia terluka, karena aku tak tega menabrak seorang ibu hamil yang sedang menyebrang jalan dihadapanku. Terpaksa aku membanting stir motorku karena aku tak ingin mencelakai dua orang nyawa manusia sekaligus. Tapi ternyata dugaanku salah. Ternyata aku malah dibenci oleh orang yang sangat aku cintai. Karena aku telah melukai wanita yang sangat penting dalam hidupnya.
Untukmu, orang yang sangat penting dalam hidupku.
Apakah kamu tak sadar, alasanku mengapa aku melakukan hal seperti itu? Aku tak tega jika aku harus menghilangkan dua nyawa manusia sekaligus.  Akupun tak tega jika wanita yang sedang aku bonceng, yakni wanita yang sangat dicintai oleh orang yang sangat aku cintai terluka. Itu alasannya mengapa aku memilih menabrakkan motorku ke sisi depan pohon yang ada di pinggiran jalan itu. Bagaimana jika saat itu justru aku yang mati, apakah kamu akan perduli denganku? Akupun terluka, sama dengan wanita yang kau cintai itu. Akupun merasakan sakit yang sama, bahkan rasa sakitku lebih besar dari wanita yang kau cintai itu. Sebegitu pentingnya kah dia dimatamu? Sampai kau lupa dengan keberadaanku disini. Aku butuh bantuanmu, sama dengannya. Aku butuh seseorang untuk merawatku, sama dengannya. Kemana perginya Angga yang dulu? Yang selalu ada disampingku disaat aku membutuhkan bantuan? Apakah itu artinya kesetiaan? Apakah itu yang dinamakan sahabat?
Apa kamu tak sadar akan setiap hal tolol yang sering aku lakukan untukmu? Aku rela meninggalkan Ujian Kenaikan Tingkat hanya karena kau menelponku untuk cepat datang menemuimu. Ternyata apa? Setelah aku datang, aku hanya menambah besar luka hatiku. Aku rela meninggalkan Ujian hanya demi mengantar kamu untuk mencari kado ulang tahun yang cocok untuk wanita itu.
Aku rela menahan rasa kantuk semalaman, hanya untuk mendengar cerita konyolmu tentang wanita itu. Aku rela menghabiskan sisa waktu liburanku, hanya untuk menemanimu membuat gelang untuk wanita itu. Aku rela tubuhku diguyur air hujan, hanya karena mengantarmu membeli kue ulang tahun untuk wanita itu. Bukan hanya itu, akupun rela memperbesar luka hatiku sendiri hanya karena aku ingin melihatmu bahagia, aku tak ingin kehilanganmu, aku mencintaimu sahabatku.
Apa itu belum cukup untuk membuktikan besarnya perasaanku kepadamu? Setelah begitu banyak hal konyol yang telah aku lakukan untukmu dan wanita itu, kau dengan mudah meninggalkanku hanya karena wanita itu? Sebenarnya apa artinya persahabatan yang telah kita bina selama ini? Sebenarnya apa arti kesetiaan dan komitmen yang telah kita sepakati selama ini? Sebenarnya apa arti diriku untukmu ?
Saat ini aku benar-benar kehilangan sosok sahabat yang sangat aku cintai. Tanpa pernah kutahu bahwa semua bayangmu selama ini ternyata sedang bersiap-siap intuk mengagetkanku suatu saat. Dan kini saat itu tiba. Setiap pertemuan selalu menghasilkan rasa, entah rasa igin segera berpisah atau rasa untuk membiarkanmu tetap ada dalam dunia pengharapanku.
Sungguh aku tak menyangka  cerita cinta indah yang telah kita jaga selama ini, akan berakhir sesakit ini. Terimakasih atas luka yang telah engkau goreskan dihatiku, sahabatku. Percayalah, luka ini akan segera terobati. Tanpamu . . .

Lyric dan Chord Lagu

Hujan – Utopia

G C
Rinai hujan basahi aku
Am D
Temani sepi yang mengendap
G C
Kala aku mengingatmu
Am D
Dan semua saat manis itu

Int : G Am Em C Em C
G Am Em C D G
G C
Segala seperti mimpi
Am D
Kujalani hidup sendiri
G C
Andai waktu berganti
Am D G
Aku tetap tak kan berubah
Reff :
Am D
Aku selalu bahagia
Bm
Saat hujan turun
Em
Karna aku dapat mengenangmu
Am D
Untukku sendiri oohh
Intro : G Am Em C D G
G C
Selalu ada cerita
Am D
Tersimpan di hatiku
G
Tentang kau dan hujan
C
Tentang cinta kita
Am D G
Yang mengalir seperti air
Reff II :
Am D
Aku bisa tersenyum
Bm
Sepanjang hari
Em Am
Karna hujan pernah menahanmu di sini
Cm
Untukku
Coda : G Em Bm D 2x
Am D

Untukmu, Pria Berbola Mata Coklat

Untukmu, Pria Berbola Mata Coklat.

Untukmu, pria yang kucintai sejak 5 SD.
Boleh basa-basi sedikit? Sudah berapa lama ya kita tidak bertemu?Lima tahunkah? Bagaimana wujudmu saat ini? Masihkah pipimu merah ketika cahaya matahari menciumi lembut pipimu? Masihkah bola matamu terlihat kecoklatan ketika disentuh sang mentari? Masihkah kamu membawa botol minum Spiderman yang selalu kau kalungkan dilehermu? Apakah semua telah berbeda?
Untukmu, si unik dengan seyum fantasti.
Aku bertanya-tanya, bagaimana sinar matamu saat ini? Masihkah sejuk dan beningnya seperti dulu? Seperti kala kita berbagi bekal bersama. Saat anak-anak lain sibuk dengan bekalnya masing-masing, aku dan kamu malah sibuk berdua membagi lauk untuk dimakan bersama. Kau bercerita banyak padaku. Sewaktu itu, kau masih bercita-cita ingin menjadi insyinyur, dan aku ingin menjadi dokter. Mengingat kenangan memang indah, mampu membuat seseorang tersenyum walaupun masa itu tak akan pernah kembali.
Untukmu, yang sekarang berada jauh dari negeri tempat ku berpijak.
Dulu, saat pertama kali bertemu, aku sangat heran padamu. Mengapa anak idiot sepertimu ditempatkan dikelas ku? Aku pikir, hal itu tak akan berlangsung lama. Ternyata sampai duduk di bangku kelas 5 pun, kita masih saja sekelas. Tapi, entah mengapa , ada titik dimana kita tak seperti musuh, ada saat dimana kita tiba-tiba menjadi dekat, dan aku tak pernah tahu mengapa rasa aneh itu berevolusi menjadi cinta dalam usia dini. Mengapa kau ajarkan perasaan aneh itu padaku? Dulu… kita masih terlalu dini untuk mengerti cinta, apalagi menafsirkannya.
Untukmu, yang mungkin tidak akan membaca tulisan ini.
Sedang apa kamu disana? Apakah kau masih ingat sosokku dan bentuk wajahku? Apakah kau masih ingat banyak hal yang terjadi saat kita SD? Ah.. mungkin kau lupa, aku masih mengingat kenangan-kenangan itu karena aku punya perasaan yang berbeda denganmu. Entahlah.. mungkin perasaanmu tak sama dengan perasaanku.
Aku masih ingat kala itu, ketika kita bermain permainan yang sering kita menyebutnya “rerebonan”, disitulah kali pertama kau menggenggam lembut tangan kananku. Meski itu hanyalah kebetulan dalam sebuah permainan, tapi itu sebuah sejarah yang sangat berharga bagiku. Mungkin hal itu tak akan pernah kembali, tapi kenangannya akan selalu tersimpan rapi dalam memori otakku.
Untukmu, yang selalu hafal nama lengkapku.
Mengapa saat kau pulang ke Indonesia, kau tak pernah mengabariku? Apakah kau tak tahu, hal itu sangat penting bagiku? Memang aku selalu terlambat mengetahuinya. Selalu aku tahu disaat kau telah pergi kembali ke negerimu. Apakah kau lupa dengan janjimu saat acara perpisahan kala itu? Bukankah kau berjanji akan selalu mengabariku meski kau telah berada jauh denganku? Bukankah kau berjanji akan selalu mengingatku meski kita tak lagi bersama? Apakah janji itu sudah tak berarti lagi untukmu? Sebegitu tidak pentingnya kah aku dimatamu?
Bahkan aku masih ingat kalimat terakhir yang kau ucapkan padaku sebelum kau pergi. Apakah kalimat itu merupakan sebuah pertanda bahwa kau akan melupakanku? Langkahmu dan langkahku terhenti, kita saling menatap, jantungku bereaksi dengan detakan yang begitu kencang, kau menggetarkan bibirmu, “Jaga diri kamu baik-baik ya, Vio. Jangan mengkhawatirkanku, aku akan baik-baik saja disana.”
Tanpa pengungkapan. Lalu kita terpisah, di persimpangan bandara, karena kita berbeda arah.

dari seorang perempuan
yang tak pernah lupa janji-janjimu
yang masih saja sering merindukamu