This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Pages

Rabu, 27 Maret 2013

Puisi


 Perih

Ketika cinta datang padaku

Ia seolah tak hiraukan rasa ini,

 dan pergi meninggalkan luka dalam hati

Ketika rasa cinta itu telah lama mati

Ia seolah datang mengetuk pintu hatiku

dan kembali membawa benih cinta

yang dulu sempat ia berikan padaku

Ia seakan menggoyahkan hatiku

Namun luka hati ini seakan tak mau pergi dari hatiku

Segala upaya telah kucoba

Namun apa dayaku ?

Meski rasa cinta itu telah tumbuh sedikit demi sedikit

Namun tetap saja goresan luka dalam hati ini enggan pergi ---“

Senin, 25 Maret 2013

Essay Bahasa Indonesia


Apakah Cinta dan Agama Tak Layak Disatukan?



Sesuatu yang dipersatukan Tuhan tak dapat dipisahkan manusia. Seringkali kita menyebutnya jodoh. Ketika berlari, selalu tertuju kearah yang sama. Ketika mencoba pergi, selalu kembali ke jalan yang sama. Semua berputar dan berotasi, konsep jodoh sendiri semakin tereksplorasi. Katanya, jodoh berarti memiliki banyak kesamaan. Katanya, jodoh berkaitan dengan hilangnya perbedaan. Dan katanya lagi, jodoh adalah soal memiliki seutuhnya. Jika itulah yang berarti jodoh, lantas bagaimana mereka yang jelas-jelas berbeda?
Jatuh cinta adalah dua kata yang sulit dijelaskan. Tidak terdefinisikan. Soal hati, kata-kata seakan tak ahli untuk memaparkan juga mendeskripsikan. Saya tidak akan berbicara tentang cinta, juga tentang mimpi omong kosong yang diciptakan saat hadirnya cinta. Ini semua soal kenyataan, soal dunia yang begitu klise. Agama.
Mungkin, inilah definisi menyakitkan yang sebenarnya. Saya sendiri tak mampu mendeskripsikan rasa sakit dalam rangkaian kata, karena perasaan itu benar-benar dirasakan oleh hati, sedangkan apa yang dirasakan hati begitu sulit disentuh oleh logika, kata dan kalimat. Dan kata menyakitkan itu berasal dari kesulitan untuk menyatukan dua orang yang beribadah di tempat yang berbeda.
Kamu tertawa? Jelas. Cinta, di mata beberapa orang hanyalah omong kosong yang jauh dari kata nyata. Beberapa orang beranggapan bahwa cinta bukanlah hal yang harus benar-benar diperjuangkan. Makanya, cinta bisa terpisah karena perbedaan. Suku, ras, status sosial, dan lebih menyakitkan lagi jika berpisah karena agama. Hanya karena ia melipat tangan dan kekasihnya menengadahkan tangan, berarti mereka dilarang untuk saling jatuh cinta? Mereka memang berbeda, salib dan tasbih, tapi bisakah dunia berhenti menyakiti mereka?
Tuhan, agama, dan norma. Begitu klise dalam kacamata saya. Segalanya begitu kompleks. Cinta telah membuat jiwa mereka seakan-akan berada di Surga Firdaus, tapi kenyataan hanya bisa membuat mereka seakan-akan terusir dari keindahan dan kemegahan Surga Firdaus. Lagi dan lagi, karena perbedaan. Apakah perbedaan yang Tuhan ciptakan hanya akan menjadi penghalang bagi mereka yang berbeda? Perbedaan macam apa yang bisa merenggut kebahagiaan seseorang? Apakah cinta dan agama tak layak disatukan?
Walaupun mereka memanggil Tuhan-Nya dengan sebutan yang berbeda. Ia menyebut nama Tuhan seperti biasa, sambil melipat tangan dan salib Yesus yang melingkar di lehernya seakan turut meremas segala kecemasan yang menggumpal dalam hatinya. Sedangkan yang lainnya sedang bersujud, mengajak Tuhan berbicara dengan bahasa yang berbeda. Segalanya berbeda, tapi cinta membuatnya menyatu. Segalanya tak mungkin disatukan, tapi cinta membuat dua orang berjuang bahkan untuk hal yang mustahil sekalipun. Dalam setiap sujud, dalam setiap lipatan tangan, dalam setiap sentuhan Al-Qur’an, dan dalam setiap sentuhan Alkitab – mereka saling mendoakan, meskipun tahu segalanya tak memungkinkan.
Tidak dapat dipungkiri memang, orangtua juga ingin memiliki keluarga baru yang memiliki banyak kesamaan dengan beliau-beliau. Manusia selalu takut dengan perbedaan, mereka selalu nyaman dengan hal yang terlihat sama di mata mereka. Padahal, berbeda belum tentu salah, dan punya kesamaan belum tentu benar. Seharusnya perbedaan ada bukan untuk disalahkan, dihakimi, lalu dianggap seakan-akan ada.
Segalanya terlewati dengan cara yang berbeda, apakah salah mereka? Hingga dunia menatap mereka layaknya penjahat kecil yang pasti bersalah dan tak berhak untuk membela diri. Apa salah mereka, jika mereka sama-sama mengenal Tuhan walaupun memanggil-Nya dengan panggilan yang berbeda? Bukankah perbedaan seharusnya jadi sarana untuk mengenal dan saling melengkapi? Apa gunanya cinta dan Bhineka Tunggal Ika jika semua hanya abadi dalam ucapan bibir semata?

Essay Bahasa Sunda

Syekh Puji?


Nu kasebut jalma normal pasti boga rencana jeung cita-cita, hayang bagja embung sangsara pangpangna di rumah tangga. Henteu mung lahir wungkul tapi batinna oge kedah kacumponan. Milih pasangan pibatureun hirup teh lain sakadar bogoh kana dedeg pangadegna wungkul, tapi kudu diitung syarat-syarat anu sejenna, eta mah boh milih pipamajikeun atawa pisalakieun. Kitu garis badagna dina urusan rumah tangga.
Urang kedah terang heula naon ari tujuan nikah teh. Kajadian ngambah rumah tangga nincak dina yuswa can cukup umur, tangtu harepanana rumah tangga oge sarua, hayang tinemu jeung kabagjaan. Dina sareat hukum islam hakekat nu jadi sarat nikah teh nyaeta cumpon kana sarat rumah tangga nu bakal pibagjaeun.
Sanajan ceuk fiqih sarat nikah tos jelas, tapi hakekatna mah nu bade rumah tangga teh kedah terang heula kana tujuan nikah. Pan dina Undang-undang Perkawinan oge tos aya watesan yuswa istri  minimal 16 taun pameget 19 taun. Ayeuna mah justru nikah can cukup umur teh jadi tren rumaja kiwari. Ngahariwangkeun pisan.
Kumaha upama dipatalikeun jeung pertikahan Syekh Puji? Sanajan hukum nikah nu dilakukeun Syekh Puji ceuk sareat mah sah, tapi bakal pimadoroteun. Alatan nikah ka umur 12 taun dasarna Kangjeng Rosul, eta mah lepat ngalarapkeunana. Da, pertikahan Kangjeng Rosul mah ka Siti Aisyah eta mah kalebetna hukum husus nu istimewa pikeun Kangjeng Rosul saperti husus nikah leuwih ti opat kali. Geus cumpon sarat dumasar kana hukum islam pikeun umat Rosul, nyaeta ukuran dewasa (terang kana tujuan  nikah), upama istri umurna tos 16 taun. Eta teh minimalna.
Pikeun nyegah rumah tangga nu pasalia samodel sababaraha kajadian, dina era globalisasi ieu kudu aya gawe bareng antara para ulama jeung Komnas HAM anak, supaya sinergi. Sabab, upama ninggal tina sisi hukum, pertikahan samodel Syekh Puji henteu tiasa diputuskeun kitu-kitu wae. Paling oge tina diputuskeun alatan ngalanggar HAM anak tea. Kitu deui dina gerakan da’wah masalah-masalah rumah tangga kudu bener-bener pangajaran hukum islamna, ngarah urang ngarti makna nikah anu sabenerna.

Membunuh Masalalu


Membunuh Masalalu


Mataku sembab, menangisimu
Setiap kali mengingatmu
Sama saja mengundang air mata membasahi pipiku
Pertemuan kita yang indah memang tak seindah cerita akhirnya

Aku masih menyimpan barang pemberianmu
Menyekap mereka dalam kardus agar aku tak lagi melihatnya
Bahkan aku masih memikirkanmu saat kutahu kautak lagi memikirkanku
Semudah itu kau datang
Semudah itu kau tinggalkan
Semudah itu kau mengendalikan hatiku
Semudah itu kau merusak dan mengobrak-abriknya

Jangan tanyakan mengapa hingga saat ini aku masih merindukanmu
Mengapa dalam rentan waktu tanpamu
Aku merasa perasaanku mati seketika
Aku tak dapat membedaka mana tangis dan mana tawa
Mana amarah dan mana cinta yang membuncah
Dunia semakin terlihat gelap dimataku

Bagaimana aku bisa merasa tersiksa jika kutahu kau bahagia bersama dia?
Mustahil bagiku, mengosongkan otak kiri dan kananku
Hingga tak ada lagi kamu yang mengisinya
Sulit bagiku, saat harus membunuh masa lalu
Masa dimana ada kamu
Hanya ada kamu

Untuk Seseorang di Masalalu


Untuk Seseorang di Masalalu


Langit cerah seakan menemaniku saat aku menulis ini. Tapi sepertinya ada suatu hal yang mengganjal dalam hatiku. Seharusnya aku senang bukan? Dia, sosok  yang selalu aku rindukan muncul menghiasi sepinya blog ini dari mata pengunjung. Tapi, entah apa yang harus aku rasakan saat ini. Sedih kah? Atau mungkin aku harus senang? Sial. Aku benar-benar tak tahu. Dia yang selalu aku rindu, dia yang selalu aku tunggu, dia yang tak pernah absen dari doa tiap malamku, dia yang selalu aku cinta, ternyata masih ingat padaku.

Sial. Aku jadi ingat beberapa tahun yang lalu; saat aku dan dia masih menjadi kita. Pertemuan yang tak pernah aku duga sebelumnya. Ukiran kenangan yang tak pernah aku sangka akan terjadi. Bahkan lagu itu. Lagu ketika kita pertama kali bertemu, akan selalu jadi lagu terindah dalam hidupku. “Inikah Cinta.” Ya. Lagu yang selalu membuatku merasa seperti seorang pemabuk, tak pernah sekalipun aku tak tersenyum ketika mendengar lagu itu diputar. Berlebihan bukan? Ya. itulah yang dinamakan cinta.

Semua terasa sangat indah kala itu. Tak pernah seharipun kita lewati hari tanpa senyuman. Bahkan hujan yang sebelum itu sangat aku benci karena dapat membuat istanaku dirusak olehnya, malah menjadi objek yang paling aku sukai. Lagi-lagi karena cinta. Hujan selalu hadir ditengah-tengah aku dan dia. Ia (baca:hujan) selalu hadir membuat segalanya menjadi lebih hidup, lebih berwarna, lebih indah dari taman bermain. Ya, aku memang sangat menyukai taman bermain. Tapi kala itu, hujan dapat mengalahkan segalanya. Aneh bukan? Tapi memang itulah kenyataannya. 

Akhirnya hujan pun menjatuhkan rambut mayangnya ke bumi dengan bongkahan rintik-rintik kecil yang menjamu mata telanjang yang menyaksikannya. Aku tersenyum lebar, aku akan segera menemukan dia, malaikat hujan. Ternyata dugaanku tepat. Rintik hujan semakin membesar. Akhirnya sang malaikat hujan berhasil mengerjakan tugasnya dengan baik. Ia (baca:hujan) berhasil membuat dia menginjakkan kakinya pertama kali di istana kecilku. Dengan pakaian yang basah kuyup, rambut lusuh, mata merah seperti biasanya, dan bibir keunguan karena beku menahan dinginnya air hujan, dia duduk di kursi yang telah ku sediakan. Secangkir teh hangat yang ibuku persiapkan seakan menjamu kedatangannya. Kami duduk dalam satu meja, tanpa ungkapan dan ucapan, karena bahkan hanya lewat tatapan ada “pembicaraan” bisu yang “terdengar” oleh hati. 45 menit berlalu. Semangkuk bubur kacang hijau pun seakan menjadi tumbal, untuk menahan kepergiannya. Namun seberapa banyaknya bubur kacang hijaupun ternyata tak dapat menahan kepergiannya. Dia tetap harus pergi meninggalkanku dan istana kecilku. Aku hanya bisa melihat tubuhnya dari belakang, yang semakin menjauh dari pandanganku.

Setelah kuputar ulang lagi rekaman otakku yang berisi tentangmu, aku mencoba kembali mengingat semua kenangan kita bersama hujan. Ternyata benar. Tak salah aku sangat menyukai hujan saat ini. Hujan memang telah berhasil mengukir kenangan indahku bersamanya dalam memori otakku yang hanya tinggal secuil lagi, karena terisi penuh dengan materi mata pelajaran yang akan kuhadapi dalam Ujian Nasional 20 hari mendatang.

Dan, untuk kamu, ya kamu! Pria yang saat ini masih menjadi 3 besar dalam hatiku. Jujur, aku merindukanmu. Merindukan sosok dewasa yang dulu pernah menopang dan menegakkan langkahku. Aku merindukan suaramu yang dulu menelusup lembut ke dalam telingaku. Aku merindukan sosok sederhanamu dengan tahi lalat yang menghiasi lengan kirimu. Sekarang, aku tahu bagaimana rasanya bila tidak ada kamu yang menghiasi hari-hariku. Sekarang, aku tahu rasanya jika saat pagi tak ada sapamu di inbox handphoneku. Aku benar-benar kehilangan sosokmu.

Ingin rasanya kembali ke masa lalu, ketika masih ada kamu, ketika aku masih bisa bebas menikmati senyummu, ketika aku masih bisa tersenyum saat bangun pagi hingga tidur malamku. Saat kamu masih menganggapku lebih dari teman, saat ungkapan rindumu masih sering kudengar dari bibir tipismu, saat kehadiranmu bagai actor utama drama yang kutunggu-tunggu kemunculannya. Aku masih saja selalu memerhatikan nomor handphonemu, menimbang-nimbang apakah aku harus mengirim pesan terlebih dahulu atau aku saja yang menunggumu? Ah. . . tapi kamu terlalu sibuk, bahkan hanya untuk sekadar sms apalagi menanyakan kabarku.

Kadang aku merasa menjadi wanita paling bodoh. Aku telah melakukan suatu kesalahan fatal yang membuatku tak pernah berhenti merasa menyesal. Kala itu aku memang sedang kesal. Amarah ku tak dapat ku bendung lagi, kesabaranku sudah tak dapat kutahan lagi. Aku menyaksikan dia memboncengi seorang gadis berjilbab. Memang wajar, gadis itu teman sekelasnya. Tapi apakah wajar bila hal itu terus ia lakukan berulang-ulang? Bahkan sahabatku tak jarang melihat hal itu, terutama rumah sahabatku tak jauh dari rumah gadis itu. Wajar jika sahabatku lebih banyak mengetahui hal itu ketimbang aku. Sakit. Sakit sekali jika harus terus mendengar hal sama yang terus diceritakan sahabatku terhadapku. Kala itu hubungan antara aku dan dia memang sedang retak. Kami terpaksa lost-contact karena ibuku menahan handphoneku. Satu-satunya alat komunikasiku dengannya. Mungkin dia merasa jenuh, mungkin dia merasa kesepian, makannya dia mencoba melawan rasa jenuhnya dengan mendekati  gadis lain.

Terlalu perih jika hal itu terus aku paksa rasakan. Rasanya seperti ledakan dynamit yang ia taruh dihatiku. Perih, sakit, hancur. Tak kuasa aku menahannya terus-menerus. Hingga pada akhirnya aku memutuskan untuk berpisah dengannya. Sakit memang. Tapi akan lebih menyakitkan lagi jika aku terus memaksakan kehendakku untuk melanjutkan hubunganku dengannya. Dengan kadar rasa cinta dia yang semakin hari semakin berkurang padaku. Terpaksa aku harus melepasnya dan merelakannya pada gadis lain. 

Tapi ternyata keputusan yang telah kuambil salah. Rasa sesal itu muncul, semakin terasa terlebih ketika aku tahu bahwa dia, sosok yang sangat aku kagumi, ternyata telah mempunyai kekasih baru. Tak salah lagi. Gadis itu. Gadis yang selalu ia boncengi setiap sore untuk mengantarkannya pulang kerumah. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Jika ia daftar lebih awal, mungkin daftar ulang namanya.

Tuhan memang adil. Tuhan berikanku rasa sakit untuk menyadarkanku dari kesalahanku. Kata putus yang kulontarkan dengan begitu mudahnya, tanpa tangis, ternyata tak selamanya menjadi tawa bagiku. Selang beberapa hari setelah resminya hubungan baru diantara mereka memang semua berjalan normal, tapi aku merasa ada mozaik yang hilang dalam hidupku; kamu yang kutinggalkan. Pesan singkatmu, tawa renyahmu, senyum manismu, kata-kata cintamu, tak ada lagi hal-hal manis yang dulu kurasakan.

Memang, setelah berpisah denganmu, aku mendapat seseorang lagi yang berusaha mengisi hari-hariku, tapi dia tak sepertimu, dia tak mampu menggantikan kamu. Dia hanya berhasil mengubah statusku yang single menjadi in relationship, dia tak benar-benar mengggantikan kamu yang (tanpa kusadari) telah menguasai hatiku. Aku semakin mengerti bahwa tak ada seorangpun yang mampu menggantikan sosokmu.

Meskipun kini kita telah berbeda arah dan tujuan, dan kau telah menemukan seseorang yang kau anggap “spesial” bagimu, tapi perasaanku tak berubah sedikitpun. Aku justru sangat mencintaimu ketika kau telah bersamanya. Saat melihat kau dengan dia, ada rasa sakit yang menikamku dalam-dalam, ada kenangan yang diam-diam mendesakku kembali ke masa lalu, sambil berkata dalam hati : “Dulu aku pernah memeluk tubuhmu, walau hanya dari belakang. Tapi sekarang dia yang mampu melakukan itu, kekasih barumu.”

Hanya itu yang bisa kulakukan, MENYESAL! Cuma itu yang bisa kulakukan, menangis diam-diam ketika kulihat barang-barang pemberianmu masih kusimpan dengan rapi. Kita memang telah putus, tapi kenanganku tentangmu belum benar-benar putus. Tak pernah terpikirkan kita akan berpisah, karena semua  mengalir dengan begitu indah. Kali ini aku benar-benar merasa takut. Aku takut kehilangan seseorang yang tak lagi kumiliki, kamu.

Untuk seseorang yang mungkin tidak akan pernah “lagi” membaca tulisanku.
Aku merindukan senyum hangatmu:')