Apakah
Perjuangan Cinta Harus Sesakit Ini?
Hari itu, seperti biasa Angga menunggu didepan gerbang
rumahku. Kami memang selalu berangkat sekolah bersama. Oh ya, aku hampir saja
lupa. Namaku Eca. Angga adalah sahabatku sejak kami SMP. Awalnya kami bertemu secara
tidak sengaja. Kemudian kami dekat, lebih dekat, dan semakin dekat. Hingga kini
kami masih bersahabat, meski kami telah berada di bangku SMA.
Awalnya, aku tak pernah memikirkan dia. Ketika mata kami
saling bertemu tak ada rasa sedikitpun yang hinggap dihatiku. Angga berjalan
didepanku seperti biasa, tanpa ada rasa dan keinginan untuk menahannya
disampingku. Aku bertemu dengannya, tanpa ada keinginan untuk terus melihat
senyumannya. Tapi, tiba-tiba perasaan itu diam-diam menyergapku dalam asa baru.
Perasaan itu datang dengan polosnya, tanpa banyak tanda tanya dan alasan yang
harus dilogiskan. Perasaan itu menyentuh setiap tatapan mata yang selalu
mengarah kepadanya.
Tiba-tiba aku jadi ingat sebuah pepatah yang mengatakan, “Witing tresno jalaran seko kulino” datangnya cinta karena terbiasa. Karena
aku dan kamu terbiasa jalan bersama, karena aku terbiasa memandangmu dari jarak
dekat, karena aku terbiasa mendengar suara lugumu, karena aku terbiasa bercanda
gurau denganmu, karena kau terbiasa untuk selalu ada disampingku ketika aku
membutuhkanmu, karena banyak hal. Tak mungkin dapat aku jelaskan satu-persatu
disini. Diam-diam cinta itu merasuk masuk dengan indahnya. Berdesak-desakan
dengan perasaan malu saat kau tersenyum karena aku, kepadaku, dan hanya untukku.
Yang aku tahu, ini cinta!
Tapi aku berusaha untuk tetap memendam rasa ini dan memilih
untuk tak membiarkan seorangpun tahu mengenai perasaanku kepada Angga. Aku tak
ingin merusak indahnya persahabatan yang telah dibangun bertahun-tahun lamanya.
Terlebih setelah aku tahu bahwa Angga tidak menyukai wanita sepertiku. Lebih
baik aku pendam perasaan ini, dan membiarkannya tumbuh menjalar dihatiku.
Lagipula, aku lebih menyukai suasana seperti ini. Aku tetap bisa dekat
dengannya, tetap bisa sesuka hati menikmati senyum indahnya, tetap bisa berdiri
disampingnya, dan tetap bisa memeluknya dengan bebas tanpa ada rasa yang
menghalangi.
Namun, semua terasa
berubah ketika sosok yang selama ini aku benci kehadirannya datang. Ya.
Wanita yang Angga cintai. Semenjak dia datang, seketika perhatian Angga yang
biasanya full untukku, kini menjadi terbagi
dua dengan wanita itu. Tatapan mata Angga, senyuman Angga, tingkah laku Angga,
seketika berubah drastis ketika wanita itu muncul dihadapannya. Aku merasa
dinomor dua-kan oleh Angga. Namun apalah dayaku, inilah resiko yang harus aku
terima. Aku sudah berani mencintai sahabatku sendiri.
Aku tak tahu, apakah perasaan ini memang benar cinta, atau
hanya perasaan biasa saja. Tapi aku tak
pernah bisa menahan air mataku ketika Angga bercerita tentang wanita itu
kepadaku. Sebenarnya aku tak ingin mendengar ceritanya yang tak penting itu,
tapi karena orang yang berceritanya adalah orang yang sangat penting dalam
hidupku, mau tidak mau aku harus tetap dapat mendengarkan ceritanya, walaupun
pisau belati seakan mengiris-iris tipis hatiku. Walapun rasanya seperti luka
hati yang telah membusuk dan diberi setabur garam. Perih memang. Sangat perih.
Tapi ini kulakukan semata-mata hanya ingin selalu dekat dengannya. Aku ingin
menjadi orang yang selalu Angga ingat ketika dia senang ataupun sedih. Dengan
atau tanpaku disampingnya.
Namun suatu ketika, hal yang tak pernah kubayangkan terjadi
dalam hidupku. Angga membenciku, karena wanita itu. Aku tak sengaja membuat dia
terluka, karena aku tak tega menabrak seorang ibu hamil yang sedang menyebrang
jalan dihadapanku. Terpaksa aku membanting stir motorku karena aku tak ingin
mencelakai dua orang nyawa manusia sekaligus. Tapi ternyata dugaanku salah.
Ternyata aku malah dibenci oleh orang yang sangat aku cintai. Karena aku telah
melukai wanita yang sangat penting dalam hidupnya.
Untukmu,
orang yang sangat penting dalam hidupku.
Apakah kamu tak sadar, alasanku mengapa aku melakukan hal
seperti itu? Aku tak tega jika aku harus menghilangkan dua nyawa manusia
sekaligus. Akupun tak tega jika wanita
yang sedang aku bonceng, yakni wanita yang sangat dicintai oleh orang yang
sangat aku cintai terluka. Itu alasannya mengapa aku memilih menabrakkan
motorku ke sisi depan pohon yang ada di pinggiran jalan itu. Bagaimana jika
saat itu justru aku yang mati, apakah kamu akan perduli denganku? Akupun
terluka, sama dengan wanita yang kau cintai itu. Akupun merasakan sakit yang
sama, bahkan rasa sakitku lebih besar dari wanita yang kau cintai itu. Sebegitu
pentingnya kah dia dimatamu? Sampai kau lupa dengan keberadaanku disini. Aku
butuh bantuanmu, sama dengannya. Aku butuh seseorang untuk merawatku, sama
dengannya. Kemana perginya Angga yang dulu? Yang selalu ada disampingku disaat
aku membutuhkan bantuan? Apakah itu artinya kesetiaan? Apakah itu yang
dinamakan sahabat?
Apa kamu tak sadar akan setiap hal tolol yang sering aku
lakukan untukmu? Aku rela meninggalkan Ujian Kenaikan Tingkat hanya karena kau
menelponku untuk cepat datang menemuimu. Ternyata apa? Setelah aku datang, aku
hanya menambah besar luka hatiku. Aku rela meninggalkan Ujian hanya demi
mengantar kamu untuk mencari kado ulang tahun yang cocok untuk wanita itu.
Aku rela menahan rasa kantuk semalaman, hanya untuk
mendengar cerita konyolmu tentang wanita itu. Aku rela menghabiskan sisa waktu
liburanku, hanya untuk menemanimu membuat gelang untuk wanita itu. Aku rela tubuhku
diguyur air hujan, hanya karena mengantarmu membeli kue ulang tahun untuk
wanita itu. Bukan hanya itu, akupun rela memperbesar luka hatiku sendiri hanya
karena aku ingin melihatmu bahagia, aku tak ingin kehilanganmu, aku mencintaimu
sahabatku.
Apa itu belum cukup untuk membuktikan besarnya perasaanku
kepadamu? Setelah begitu banyak hal konyol yang telah aku lakukan untukmu dan
wanita itu, kau dengan mudah meninggalkanku hanya karena wanita itu? Sebenarnya
apa artinya persahabatan yang telah kita bina selama ini? Sebenarnya apa arti
kesetiaan dan komitmen yang telah kita sepakati selama ini? Sebenarnya apa arti
diriku untukmu ?
Saat ini aku benar-benar kehilangan sosok sahabat yang
sangat aku cintai. Tanpa pernah kutahu bahwa semua bayangmu selama ini ternyata
sedang bersiap-siap intuk mengagetkanku suatu saat. Dan kini saat itu tiba.
Setiap pertemuan selalu menghasilkan rasa, entah rasa igin segera berpisah atau
rasa untuk membiarkanmu tetap ada dalam dunia pengharapanku.
Sungguh aku tak menyangka
cerita cinta indah yang telah kita jaga selama ini, akan berakhir
sesakit ini. Terimakasih atas luka yang telah engkau goreskan dihatiku,
sahabatku. Percayalah, luka ini akan segera terobati. Tanpamu . . .
0 komentar:
Posting Komentar